ktnanasional.com - NGAWI,Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengumpulkan seluruh kepala dinas terkait provinsi Jawa Timur di Pendopo Wedya Graha, Senin (24/7/2024).
Didampingi Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono beserta jajarannya, Mantan Gubernur Sulawesi Selatan tersebut mencoba mengumpulkan sumber daya yang ada untuk mengantisipasi ancaman El Nino.
“Ancaman El Nino di depan mata mengakibatkan kekeringan yang sangat kuat, ditambah perubahan iklim, dapat mengakibatkan krisis pangan dunia. Diperkirakan puncaknya Agustus dan September,” ujar Syahrul, usai rapat koordinasi.
Upaya yang dilakukan, lanjut dia, yakni memetakan sebuah daerah menjadi 3 zona.
Zona hijau adalah wilayah yang masih mempunyai cukup air untuk merawat pertanian.
“Zona kuning menunjukan kondisi wilayah dengan air pas pasan. Langkahnya dengan cara dibendung, dimanfaatkan seefektif mungkin, serta intervensi varietas, dan mekanisasi teknologi. Ada zona merah yang harus disiapkan lumbung pangan atau pengalihan berbagai komoditas lain guna memperkuat daya tahan. Zona merah, memang kering walau tanpa ada El Nino dan masih ada persoalan,” imbuhnya.
Meski neraca cadangan pangan diprediksi aman sampai Bulan Desember, pihaknya tetap meningkatkan kapasitas hasil panen, sesuai dengan Instruksi Presiden Jokowi.
“Setiap bulan masih ada panen raya di seluruh Indonesia. Ada 800.000 hektar lebih, bahkan agustus diperkirakan sampai 900.000 hektar. Di sisi lain, air Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas tidak surut. Jadi tetap menjaga pangan untuk kepentingan nasional. Pengalaman tahun tahun sebelumnya sempat mengalami penurunan sampai 30 persen. Kabupaten Ngawi menunjukkan tren yang bagus, sebagai salah satu daerah penghasil yang cukup maksimal. Kami optimis, kekeringan tetap hadapi, masa tanam tetap terjaga,” tuntasnya.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id
