ktnanasional - KALIMANTAN TIMUR, TANJUNG REDEB – Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Berau, Lita Handini memastikan komitmen Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau, dalam memajukan industri perkebunan di daerah.
Komitmen itu dibuktikan dengan memberikan stimulan bagi kelompok tani yang hendak meluaskan lahan perkebunannya.
Dijelaskannya, di antara lima komoditas unggulan saat ini, dua di antaranya merupakan kelapa dan cokelat. Petani kedua komoditas itu mendapat keuntungan untuk dibantu pemerintah melalui bantuan stimulan. Yaitu dengan mendapatkan bantuan sarana produksi seperti pupuk hingga pestisida.
“Mereka bisa mendatangi Dinas Perkebunan untuk mendapatkannya,” terangnya, Senin (22/1).
Pada Januari ini, ia menyebut terdapat rilis harga komoditas unggulan. Beberapa jenis di antaranya mengalami kenaikan. Misalnya pada komoditas Karet. Dari semula seharga Rp 9.000 naik menjadi Rp 10.100 hingga Rp 13.000 per kilogramnya.
“Menang perkebunan karet ini banyak juga ditinggalkan masyarakat, karena harganya yang fluktuatif,” tuturnya.
Di Berau, ia mengungkapkan sejatinya terdapat banyak perkebunan karet. Namun harga yang kerap naik dan turun menjadikan banyak pekebun karet yang ditinggalkan.
Dirinya sendiri berharap, hal-hal seperti ini tidak dianjurkan dilakukan. Ke depan diharapkan perkebunan bisa terus berjalan dengan harga yang ada.
Di sisi lain, untuk komoditas cokelat, Lita mengatakan dari harga yang ditentukan, harga cokelat di Berau justru terjual di atas harga anjuran yang hanya berkisar Rp 28.000 hingga Rp 32.000. Di mana di Berau untuk cokelat dengan kualitas terbaik atau grade A, terjual dengan harga Rp 40.000.
“Justru cokelat kita jauh lebih tinggi daripada harga pasaran yang tertera,” ungkapnya.
Adapun untuk komoditas Lada atau kerap disebut Sahang, Lita menerangkan saat ini berada pada harga Rp 55.000 hingga Rp 90.000. Harga itu dikatakan Lita merupakan harga yang standar pada bulan-bulan sebelumnya.
“Kalau lada itu tertahan aja, tidak ada naik atau turun,” ungkapnya.
Oleh sebabnya, ia mengimbau masyarakat atau kelompok tani yang memiliki komoditas tersebut untuk tetap fokus bertahan melaksanakan perkebunan tersebut. Sehingga, ketika harga tinggi bisa menjadi pemasukan dan keuntungan bagi masyarakat.
“Kalau perlu bantuan atau konsultasi bisa langsung ke kantor bertemu dengan kami,” pungkasnya. (admin)
artikel ini telah tayang di berau.prokal.co